Ai 4.5 Bulan

 

Bismillah.

Aina Aulia Raissafitri, nama anakku yang saat ini berusia 4.5 bulan. Panggilannya Ai, yang artinya cinta dalam bahasa Jepang. Kami ingin anak kami selalu penuh cinta dalam mengarungi hidupnya nanti.

Jika saat usia 3.5 bulan baru bisa tengkurap, tapi belum bisa balik terlentang dari posisi tengkurep, bahkan sampai ngiler-ngiler ndredes gak bisa balik, terus nangis. Sekarang, diusianya yang baru 4.5 bulan, artinya dengan latihan selama sebulan, ia sudah lancar tungkurep, kembali terlentang dan berguling sesekali. Hahahaha. Menyenangkan melihat setiap ilmu baru yang ditunjukannya setiap hari.

Dulu, baru bisa senyum kadang tertawa (meski jarang) ketika mengekspresikan keinginannya. Sekarang, diusia 4.5 bulan sudah bisa teriak-teriak, jingkrak-jingkrak jika menginginkan sesuatu. Kalau lagi serius mengamati sesuatu, pasti mulutnya mecucu ngalahin panjang hidungnya, sambil matanya menatap tajam object yang diminati. Hahaha.

Sebulan yang lalu belum bisa kuat memegang sebuah benda, dan belum berani untuk memegang benda. Kok tau, kalau pagi, sebelum berangkat kerja aku kadang menyempatkan mengajak Ai jalan-jalan pagi, aku gendong ke gang depan, sekedar melihat matahari dan memperlihatkan padanya bunga-bunga atau tanaman yang di tanam di gang-gang. Sebulan yang lalu, saat aku dekatkan ke suatu bunga, Ai hanya memandangi tanpa berani berusaha memegang. Sekarang, dideketin ke apa aja pasti bawaanya, dipegang, trus ditarik, dimasukin ke mulut. Hahaha, mau dikasih palstik bungkus tissue, boneka, guling, bahkan sampai tangan bundanya digigit juga. Meskipun giginya belum tumbuh. Lucu wes pokok e.

Lagi serius neh, mecucu, hidung kalah, hahahaha

Kalau digendong, pose dan gaya menyesuaikan siapa yang menggendong. Kalau aku yang gendong, pose tegak, normal. Kalau Akung surabaya yang gendong, posisi gendong rumah keong, ndlusep ke ketiaknya akung. Hahaha lucu.

Gendong Keong ama akungnya Ai

Gendong keong jika diliat dari bawah, ciluukk baa….

Perjalanan jarak jauh juga udah dilewati dengan sukses, yupz sukses kena batuk pilek saat pulang dari bandung di long week end tanggal 25 Dec 2012 kemarin. Begitu kena batuk pilek, waduh, pusing!. Meskipun Abi dan Bundanya Apoteker, tetep aja bingung. Bagaimana gak bingung, saat ngeliat anak bernafas kesusahan gara-gara ada ingus di hidungnya, sisipun ia belum bisa, kita ajarin sisi, hinkk… hinkkk, ayo nak keluarkan ingusnya, ehh si Ai malah nyengir. Hadehhh.

Tapi, begitu bersin, hacihhh, keluar ingusnya… “Alhamdulillaaahhhh…”” aku, istriku dan utinya bersamaan mengucap itu, “Ayo nak bersin lagi, biar keluar ingusnya” kata istriku, hahaha. Batinku, yok opo leh ngerti arek cilik ngono iku.

Kalau batuknya, ini yang membuatku kasian banged, gimana gak kasian, udah susah ditidurin karena pilek, begitu udah bisa tidur baru sebentar. Uhuk-uhuk, bangun lagi gara-gara batuk, hadeeehhh, saknoe rek. Sampek malam itu bangun gara-gara batuknya. Kadang sampai berfikir, kasih aja batuk dan pileknya ke aku ya Alloh, kasian nih anak, belum tau harus bagaimana mengeluarkan ingus dari hidung, masih susah diminumkan obat.

Biasanya jika sudah saatnya minum obat, Ai digendong, di kempit, trus saat mengambil obat dan menuangkannya ke sendok jangan sampai ketahuan Ai, kalau keliatan, sudah pasti bakal berontak. Dan sudah terbukti beberapa kali, karena saat mengambil obatnya ketahuan, sudah deh, pasti mulai meronta ronta dan susah buka mulut, atau susah membuka lidahnya. Kok ya ngerti anak seusai itu.

Hal yang gak aku lupa adalah 2 malam yang lalu, saat malam hari hingga lewat jam 10 malam belum juga bobok, berbagai cara sudah ditempuh, diminumkan susu, gak tidur, di gendong bundanya, gak mau tidur, di letakkan di kasur, di kasih boneka, lampu kamar dimatiin, gak mau tidur juga. Bahkan hingga bundanya tabek (bahasa madura, artinya tunduk menyerah), stress kudu bagaimana. Akhirnya aku gendong, meski ia nangis aku dekap erat aku gendong. Aku ayun-ayunkan gendonganku, lampu kamar tamu aku padamkan, aku nyanyiin lagu.

Ada 3 lagu yang biasa aku pake, pertama tak lelo lelo lelo ledung,… cup menengo anakku cah ayu… ini lagu yang biasa bapakku nyanyikan saat aku masih kecil, dan masih melekat erat sampai sekarang, gak lupa.

Kedua, dzikirnya ustradz Arifin ilham, subhanallohh….walhamdulillahh..walaillahaillah…huaAllohuakkbar… dengan nada yang mendayu ndayuu…

Ketiga, lagunya Anang, timang-timang, anakku sayang…

Ehmm, kadang hanya sstttt.. sttt sttt.. sambil di puk puk bokongnya atau di garuk-garuk punggungnya. Yang jelas gak ada lagu yang aku hapal 100% kecuali yang kedua saja, selainnya seingatku aja dan kadang aku ganti baitnya sesukaku.

Malam itu aku lupa lagu yang mana, mungkin gantian, hingga sangat lama seingatku. Mulai dari Ai nangis sampai keluar airmata, terus nangis gak keluar air mata (kalau istilah jawanya ndrenginging), diem, trus,.. trus,.. hingga aku liat kelopak matanya sudah menutup. Tetap saja aku ayun-ayun, untuk memastikan Ai sudah tertidur lelap, sehingga ketika aku letakkan di tempat tidur disamping bundanya yang sudah duluan tidur (mungkin karena denger suara merduku, bundanya tidur duluan, hahahah) Ai tetap dalam kondisi tertidur.

Berat memang, menahan berat lebih dari 6 kilo dalam waktu sekian lama, kemeng tangan, kemeng kaki, mana kaki sedang infeksi karena cantengen, sakit. Tapi semuanya terbayar tuntas tas saat melihat Ai tertidur pulas.

Aku liat jam, hampir jam 12 malam. Mungkin sekitar jam setengah 12 malam.

Semoga tumbuh jadi anak solehah ya nduk….

Foto bareng, sama-sama belum mandi 😀